Cakap Bertransformasi Digital, Siapkah Anda?

JAKARTA – 5 Februari 2022 – Pada Desember tahun lalu Presiden Joko Widodo dalam sebuah pidato menyebutkan bahwa Indonesia menjadi salah satu dari lima negara yang berhasil mengendalikan penyebaran Covid-19. Kendati kini kasus Covid-19 kembali meningkat karena varian baru Omicron, keberhasilan menekan angka Covid pada kuartal ketiga tahun lalu memungkinkan bergeraknya kembali roda ekonomi setelah masa pembatasan kegiatan sosial.

Tak disangkal, pandemi ini telah mengubah skala prioritas kita terhadap kesehatan dan higienitas. Selain itu akselerasi penyerapan digital di berbagai lini kehidupan juga kian cepat dengan maraknya pemenuhan kebutuhan dasar yang dipenuhi secara online/daring.

Laporan e-Conomy SEA 2021 oleh Bain & Company bekerja sama dengan Google dan Temasek mennemukan bahwa Indonesia telah menambah 21 juta konsumen digital baru sejak Covid-19 dimulai. Sementara itu nilai ekonomi digital Indonesia berdasarkan GMV (gross merchandise value) mencapai USD 70 miliar pada 2021 dan diperkirakan meningkat menjadi USD 146 miliar pada 2025.

Transformasi digital ini melibatkan perubahan pola pikir kira karena untuk menjembatani kesenjangan dengan teknologi yang tepat, kita harus mempertimbangkan dan beradaptasi sekaligus dengan perubahan budaya dan perilaku. Perubahan ini menuntut kita untuk mudah beradaptasi dan lebih agile (tangkas).

Data Jadi Kunci

Saat ini era digital menggabungkan dunia fisik dengan dunia virtual. Pada kondisi ini industri konvensional akan hilang, lalu bertransformasi dalam bentuk yang berbeda.

Sektor pendidikan adalah salah satu contohnya. Dalam 24 bulan terakhir, kita melihat banyak pendekatan pembelajaran mikro, hibrida, dan blended.

Industri kebugaran, makanan dan minuman, serta travel adalah beberapa industri lain yang telah berubah dalam periode singkat. Ini kemudian membuka kunci peluang dan pengalaman yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya dengan data.

Data memberikan insights yang lebih mendalam baik dari sisi supply dan demand maupun tren pasar yang sedang berjalan. Meskipun ada perubahan, data memiliki informasi yang kita perlukan dan memungkinkan adaptasi dengan cepat dan lebih baik dalam menghadapi keadaan yang tak terduga.

Transformasi Berkelanjutan

Kabar baiknya, tuntutan perubahan yang dipicu oleh pandemi ini terbantu oleh digitalisasi yang memungkinkan kita untuk mengumpulkan data di berbagai fase. Di samping itu juga memberi kemampuan untuk menganalisis data, baik dari sisi demand, analisis prediksi atau lebih banyak lagi.

Seperti dilansir Aseanbriefing.com, sektor e-commerce sering disebut-sebut sebagai “sektor utama” yang mendukung ekonomi digital di Indonesia. Nilai pasar perusahaan-perusahaan tersebut diproyeksikan melompat dari USD 32 miliar pada 2020 menjadi USD 83 miliar pada 2025.

Adapun menurut agen properti Jones Lang Lasalle sekitar 84 juta orang dari generasi milenial atau sekitar 30% dari total 271 juta penduduk Indonesia mengendalikan pasar serta perubahan dan generasi ini menuntut pengalaman yang lebih menyeluruh, baik sebelm, saat maupun sesudah bertransaksi. Di sektor properti misalnya, menurut data dari Sinar Mas Land (SML), kelompok usia 22-39 tahun mendominasi sekitar 65% dari calon pelanggan mereka. Oleh karena itu untuk memanfaatkan pasar yang besar ini, SML menawarkan wisata maya, pameran virtual, kampanye media sosial, dan e-catalog untuk melayani preferensi dan perilaku yang berbeda dalam membeli tempat tinggal. Ini tentu saja silakukan dengan bantuan teknologi digital seperti SAP Costumer Data Cloud (CDC) untuk menjalankan data-driven marketing.

Blibli adalah contoh lainnya. Pada September 2021, Blibli mengumumkan penggunaan solusi cloud untuk memperluas layanannya ke business-to-business (B2B) yang akan memungkinkan mereka menjadi penyedia layanan B2B terdepan di Indonesia. Platform B2B telah mencatat pertumbuhan tiga kali lipat dalam dua tahun terakhir, baik dalam jumlah klien, vendor maupun volume produk.

Dalam memenuhi permintaan yang besar, integrasi penggunaan teknologi cloud akan menghubungkan jaringan rantai pasok yang memfasilitasi pergerakan barang di seluruh Indonesia. Sebagai bagian dari desain keberlanjutan bisnisnya, Blibli akan memperluas jangkauan mereka ke pasar korporasi untuk meningkatkan penjualan melalui transaksi massal.

Melalui berbagai solusi cloud, perusahaan-perusahaan ini dan lima dari enam perusahaan publik terbesar dunia di Indonesia yang masuk dalam Forbes Global 2000 lebih mampu memperoleh wawasan pelanggan dan memungkinkan mereka memasuki peluang yang pasar baru.

Jadi apakah sebuah tas branded yang telah dipesan melalui suatu e-commerce sudah dalam pengiriman atau sudah diterima di sebuah gudang, pemilik bisnis sekarang harus mempertimbangkan bagaimana cara memberikan pengalaman terbaik bagi pelanggan mereka.

Untuk itu, karena pelanggan menuntut pelayanan yang lebih transparan sesuai kepentingan mereka, perusahaan sudah barang tentu harus mampu mengubah strategi pelayanannya. Perusahaan-perusahaan harus mampu memberikan penawaran sesuai dengan pilihan konsumen dengan menghubungkan sistem front office dan back office agar mendapatkan insight dan memprediksi tren di masa depan untuk mempertahankan keunggulan kompetitif.

Hal inilah yang akan menempatkan produk dan penyedia layanan di jalur inovasi yang berkelanjutan atau yang kerap disebut dengan istilah model bisnis yang berkelanjutan. Jadi rahasia untuk bisa menyesuaikan diri dan merespons perubahan terletak pada kemauan bisnis untuk bertransformasi.

Teknologi adalah enabler terbaik dan data menjadi pemicu baru untuk tidak hanya meraih keuntungan, tetapi juga berubah menuju ke masa depan dan kesejahteraan yang lebih baik. Sudah siapkan Anda? (SAP/Andreas Diantoro)


Terbit dalam Koran SINDO, 5 Februari 2022.

    Leave Your Comment

    Your email address will not be published.*